Gizi Ibu untuk Tumbuh Kembang Anak
Keywords : Nutrisi
Untuk mengoptimalkan perkembangan si Kecil, sebaiknya Ibu memenuhi kebutuhan nutrisi harian Ibu sejak mempersiapkan kehamilan.
Seperti apa yang telah Ibu ketahui, periode kritis perkembangan otak dan pertumbuhan fisik si Kecil terjadi pada 270 hari saat kehamilan dan pada 730 hari di awal kehidupannya. Itulah sebabnya pada periode ini, sangat penting bagi si Kecil untuk mendapatkan semua kebutuhan nutrisi yang ia butuhkan.
Karena gizi merupakan kebutuhan pokok si Kecil sejak di dalam kandungan maka status gizi Ibu sejak masa pra-kehamilan akan berpengaruh pada pembentukan otak janin. Periode 1000 hari pertama ini merupakan window of opportunites. Fokus peningkatan gizi Ibu dan si Kecil pada masa jendela 1.000 hari, menjadikan si Kecil dapat hidup lebih sehat dan produktif.
Gizi Ibu Saat Hamil
Salah satu hal yang perlu diperhatikan calon ibu adalah status gizi sebelum hamil, sebab status gizi sebelum hamil dan saat hamil menentukan perkembangan janin. Status gizi digambarkan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung dengan cara: Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan (TB) dalam meter kuadrat. IMT Ibu sebelum hamil sebaiknya dalam rentang normal yaitu 18.5 - 22.9 kg/m2.
Memasuki masa kehamilan dengan status gizi normal, seorang ibu hamil diharapkan naik berat badan sebanyak 11,5 kg - 16 kg. Kenaikan berat badan optimal diawali dengan konsumsi makanan bergizi dan berpedoman pada pola makan sehat meliputi frekuensi, jenis, jumlah dan keamanan makanan.
Apabila sebelum hamil Ibu terbiasa makan 3 kali sehari, maka kini Ibu perlu menambahkan 2 kali selingan atau cemilan dengan porsi yang lebih kecil. Jenis makanan tidak dibatasi tetapi pertimbangkan kebersihan dan keamanan makanan.
Jumlah energi yang dibutuhkan ibu hamil pada trimester pertama 180 kilo kalori lebih banyak dari sebelum hamil. Kebutuhan tersebut bertambah pada trimester 2 dan 3, yaitu sebanyak 300 kilo kalori. Penambahan kalori ini dapat Ibu dapatkan dari 2 kali cemilan dalam sehari. Selain kebutuhan energi yang meningkat, kebutuhan zat gizi lain juga meningkat, misalnya protein, besi, seng, dan air. Kekurangan satu atau lebih zat gizi dapat mengganggu kesehatan ibu serta janin.
Gizi Ibu Saat Menyusui
Air Susu Ibu (ASI) telah terbukti berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi. WHO menyarankan, pemberian ASI hingga anak
berusia 2 tahun dengan pembagian ASI eksklusif selama 6 bulan,
setelah 6 bulan ASI ditambah Makanan Pendamping
ASI (MPASI) dan setelah 12 bulan si Kecil bisa mulai dikenalkan
dengan makanan keluarga.
Agar produksi ASI
berkualitas, dan kesehatan Ibu
juga tetap terjaga maka Ibu juga sebaiknya tetap memerhatikan
gizi dan kesehatan selama menyusui. Kebutuhan gizi ibu menyusui
pada 6 bulan pertama sebesar 330 kilo kalori lebih banyak
dibandingkan saat tidak menyusui, dan 6 bulan selanjutnya sebesar
400 kilo kalori lebih banyak.
Hampir sama saat di masa kehamilan, ibu menyusui juga diharapkan
mengonsumsi makanan berbagai jenis. Sebab semakin bervariasi jenis
makanan yang Ibu konsumsi, maka semakin terpenuhi kebutuhan gizi
Ibu. Menyusui akan sangat menyita waktu, karena umumnya si Kecil
perlu disusui setiap satu jam sekali, agar kebutuhan makan ibu
tetap terpenuhi, sediakan makanan yang mudah dikonsumsi namun tetap
bergizi di dalam kulkas atau lemari dapur.
Agar gizi si Kecil terpenuhi dengan sempurna, berikan MPASI saat si
Kecil berusia 6 bulan. Memasuki
usia 6 bulan merupakan periode kritis transisi dari ASI ke
periode pemberian MPASI. Sebab pada periode ini kebutuhan zat gizi
si Kecil meningkat dan tidak lagi dapat tercukupi dengan ASI. WHO
juga menyebutkan bahwa keberhasilan masa transisi ini merupakan
keberhasilan penyapihan.
Sebaliknya ketidakberhasilan periode transisi ini akan membuka
peluang si Kecil tidak mengalami kenaikan berat badan dan cenderung
turun. Pada masa MPASI, pemberian makan yang benar memiliki dampak
terhadap daya terima makanan kelak, dan otomatis juga berpengaruh
terhadap tumbuh kembangnya.
Itulah sebabnya, Ibu juga perlu menciptakan responsive feeding atau
suasana yang menyenangkan dan mendukung saat makan untuk mengacu si
Kecil senang makan. Bahkan menurut WHO, responsive feeding
merupakan aktivitas pemberian makan yang perlahan-lahan, memacu si
Kecil untuk makan, mengombinasikan makanan dan adanya komunikasi
serta kontak mata ketika memberi makan. Kebiasaan makan yang
dibangun sejak si Kecil mulai belajar makan makanan padat akan
memberikan dampak yang baik bagi tumbuh kembangnya.
Penulis: dr. Fauzia
Expert Review: Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS.
SpGK
0 komentar:
Posting Komentar